TIMES PURBALINGGA, DENPASAR – Bank Indonesia (BI) bersama Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) terus memperkuat upaya pengendalian inflasi pangan melalui peningkatan pasokan, produktivitas, dan stabilisasi harga. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan efisiensi di sektor pangan.
Hal tersebut disampaikan dalam acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Wilayah Balinusra 2025 yang digelar di Denpasar pada Jumat, 23 Mei 2025.
Kegiatan tersebut mengusung tema "Sinergi dan Inovasi untuk Peningkatan Produksi dan Ketahanan Pangan dalam Mendukung Asta Cita Nasional serta Pengendalian Inflasi di Balinusra". Kolaborasi ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Kemenko Perekonomian, Kemenko Pangan, Kementan, Kemenpar, Badan Pangan Nasional, serta lembaga terkait lainnya.
Apresiasi atas Capaian dan Inovasi
Deputi Gubernur BI, Aida S. Budiman, menyampaikan apresiasi atas kerja keras TPIP-TPID Balinusra dalam menjaga stabilitas harga. Berbagai inisiatif telah dilakukan, termasuk peningkatan produktivitas melalui penyediaan sarana produksi dan perluasan lahan tanam. Program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) juga diintegrasikan dengan sektor unggulan, seperti pariwisata, untuk memperkuat ketahanan pangan.
Kerja sama antar-daerah (KAD) tidak hanya dilakukan di tingkat pemerintah, tetapi juga melibatkan pelaku usaha. Hasilnya, inflasi Balinusra per April 2025 tercatat sebesar 2,06% (yoy), menunjukkan keberhasilan dalam menekan tekanan harga meski di tengah lonjakan permintaan saat hari besar keagamaan dan peningkatan konsumsi dari sektor pariwisata.
Peran Kunci Pemerintah Daerah dan Dunia Usaha
Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra, menekankan pentingnya memperkuat sinergi yang telah berjalan. "Sinergi antar TPID, Perumda Pangan, sektor swasta sangat penting untuk menjaga kelancaran distribusi pangan antar daerah, stabilitas harga dan juga memperluas peluang pasar ke depan," ujarnya.
Ia menambahkan, kerja sama tidak hanya harus dilakukan dalam skema government-to-government (G2G), tetapi juga business-to-business (B2B). Contoh nyata adalah kolaborasi antara Perumda Pangan dengan industri pariwisata melalui PHRI Bali, yang berhasil mempersingkat rantai pasok sekaligus mendorong penggunaan produk lokal.
Tantangan dan Solusi Pengendalian Inflasi di Balinusra
Wilayah Balinusra, yang mengandalkan sektor pariwisata, menghadapi tantangan unik dalam pengendalian inflasi. Lonjakan permintaan pangan tidak hanya berasal dari penduduk lokal, tetapi juga wisatawan, terutama saat musim liburan. Selain itu, kebutuhan pangan untuk upacara keagamaan dan keterbatasan infrastruktur pelabuhan di NTB-NTT turut memengaruhi distribusi dan harga.
Untuk mengatasi hal ini, GNPIP Balinusra 2025 berkomitmen memperkuat pasokan pangan melalui:
-
Dukungan terhadap program MBG
-
Perluasan lahan tanam
-
Peningkatan produktivitas pertanian dengan bantuan sarana produksi
Rekomendasi Strategis untuk Penguatan Pangan
Dalam Rapat Koordinasi TPIP-TPID yang dipimpin oleh Deputi Kemenko Perekonomian Ferry Irawan, sejumlah rekomendasi strategis dihasilkan, antara lain:
-
Optimalisasi kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B)
-
Pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian
-
Inovasi regenerasi petani muda
-
Penerapan teknologi mitigasi gagal panen
-
Penguatan peran pasar induk
-
Kemitraan antara produsen dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk mendukung MBG
Dengan langkah-langkah ini, Ferry Irawan berharap stabilitas harga pangan di Balinusra dapat terjaga, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis pariwisata dan ketahanan pangan jangka panjang.
Pewarta | : Faizal R Arief |
Editor | : Faizal R Arief |